Sabtu, 27 Agustus 2016

Penggunaan Bahasa Yang Baku Sesuai EYD


Bahasa baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai dengan kaida-kaidah standar. Kaidah standar dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, dan kamus umum. Sebaliknya, bahasa tidak bagu adalah ragam bahasa yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah  standar tersebut.
            Penggunaan  ragam bahasa baku dan tidak baku berkaitan dengan situasi dan kondisi pemakainya. Ragam bahasa baku biasanya di gunakan dalam situasi resmi, seperti acara seminar, pidato, temukarya ilmiah, dan lain-lain. Adapun ragam bahasa tidak baku umumnya di gunakan dalam komunikasi sehari-hari yang tidak bersifat resmi.

Fungi Bahasa Baku
Penggunaan bahasa baku memiliki fungsi sebagai berikut.
1.    Pemersatu, pemakaian bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi
       satu kesatuan masyarakat bahasa.
2.    Pemberi keikhlasan , pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan masyarakat
       pemakai bahasa lainnya.
3.    Pembawa kewibawaan, pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan
       pemakainya.
4.    Kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolak ukur benar atau tidaknya pemakaian bahasa
       seseorang atau sekelompok orang

Kesalahan yang sering terjadi adalah pembakuan kata belum tersosialisasi pada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat tidak mengetahui mana ejaan, kata, ataupun struktur kalimat baku dan mana yang tidak baku. Masyarakat seringkali tidak berkesempatan melihat kaidah standar itu. Mereka lebih sering mendengar orang bicara, atau membaca tulisan-tulisan di majalah atau media cetak lain. Sementara itu, yang berbicara ataupun yang menulis juga tentu menggunakan hal-hal yang baku.

Ciri-ciri Bahasa Baku
1.    Tidak terpengaruh bahasa daerah
2.    Tidak dipengaruhi bahasa asing
3.    Bukan merupakan ragam bahasa percakapan
4.    Pemakaian imbuhannya secara eksplisit
5.    Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
6.    Tidak terkontaminasi dan tidak rancu.
7.    Tidak mengandung arti pleonisme.
8.    Tidak mengandung hiperkorek.


Penggunaan dan Tata Tulis Ejaan
Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau pengucapan dalam Bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengan orang melafalkan bunyi Bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakberaturan pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena lambing atau huruf di ucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang melambangkan huruf-huruf tersebut.
Tulisan # Lafal yang salah # Lafal yang benar
Energi # enerji, eversi # energi
Teknik # Tehnik  # Teknik
Biologi # Bioloji # Biologi
Tegel # Tehel # Tegel
Penulisan Huruf
Ejaan bahasa EYD menggunakan 26 huruf yaitu mulai huruf A – Z. Beberapa huruf diantaranya yaitu huruf |F|, |V|, |X|, dan |Z| itu merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam Bahasa Indonesia, dengan demikian pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangan diganti dengan huruf lain. Contoh :   – Fakta # fakta
Volume # folume
Zaman # saman
Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan kedalam Bahasa Indonesia tetapi harus diingat ketentuan pemakaian huruf |a|, dan |x|, huruf a hanya dapat dipakai untuk nama istilah khusus sedangkan untuk istilah umum harus di ganti dengan huruf k demikian pula huruf x dapat dipakai untuk lambing misalnya sinar-x, huruf x apabila terdapat pana pertengahan kata dan akhir kata maka dia dapat diganti menjadi konsonan kx.
Penulisan Kata
a. Kata mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata ulang, dan kata gabungan. Kalau gabungan kata hanya terdapat awalan atau akhiran dan ditulis serangkai.
Misalnya :
Bentuk tidak baku # bentuk baku
di didik # dididik
di suruh # disuruh
hancurleburkan # hancur leburkan
berterimakasih # berterima kasih
beritahukan # beri tahukan
sebarluaskan # sebar luaskan
bertandatangan # bertanda tangan
kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata turunannya harus dituliskan serangkai.
Misalnya :
Bentuk tidak baku # Bentuk baku
pemberi tahuan # pemberitahuan
ketidak adilan # ketidakadilan
mempertanggung jawabkan # mempertanggungjawabkan
b. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan penggunaan tanda hubung.
Misalnya :
Kata tidak baku # Kata baku
Jalan 2 # Jalan-jalan
gerak gerik # gerak-gerik
terus menerus # terus-menerus
berkejar kejaran # berkejar-kejaran
seluk beluk # seluk-beluk
c. Gabungan kata termasuk yang lazim disebut kata majemuk, bagian-bagiannya dituliskan terpisah.
Misalnya :
Bentuk tidak baku # Bentuk baku
ibukota # ibu kota
tatabahasa # tata bahasa
kerjasama # kerja sama
bulutangkis # bulu tangkis
dutabesar # duta besar
kerjasama # kerja sama
d. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai.
Misalnya :
Bentuk tidak baku # Bentuk baku
mana kala # manakala
sekali gus # sekaligus
bila mana # bilamana
mata hari # matahari
bagai mana # bagaimana
pada hal # padahal
sapu tangan # saputangan
bumi putra # bumiputra
Penulisan Unsur Serapan
Berdasarkan taraf integritasnya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar :
  1. Unsur yang belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia, misalnya curriculum vitae, real estate, reshuffle, shuttle cock.
  2. Unsur asing yang mengucapkan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia
Misalnya :
Kata asing # Penyerapan yang salah # Penyerapan yang benar
risk # resiko # risiko
system # sistim # sistem
effective # efektip # efektif
charisma # harisma # karisma
carier # karir # karier
management # managemen # manajemen
ambulance # ambulan # ambulans
complex # komplek # komplek

sumber :
*Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia 2*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar